Minggu, 31 Agustus 2014

Organisasi Pemadam Kebakaran di atas Kapal

1. Organisasi Peran Pemadam Kebakaran di atas Kapal 
Modul ini merupakan modul kelima dalam Program Diklat Pencegahan Pemadaman Kebakaran yang isinya membahas organisasi pemadam kebakaran di atas kapal.  

a. Tujuan Pembelajaran  
Setelah anda mempelajari modul ini diharapkan anda dapat menunjukkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut. 
(1). Menyelamatkan orang pingsan dari ruang yang penuh asap dengan menggunakan alat pelindung pernafasan. 
(2). Terbiasa menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan benar. 
(3). Memahami jalur-jalur penyelamatan diri di atas kapal 
(4). Dapat menyelamatkan diri dengan selamat bila terjadi kebakaran yang   
(5). sebenarnya. 

b. Uraian Materi   
(1). Bagan Pengendalian Kebakaran Dan Sijil Keadaan Darurat 
(a). Bagan Pengendalian Kebakaran. 
Bagan pengendalian kebakaran harus dipasang secara tetap pada semua kapal, agar dapat dijadikan petunjuk bagi perwira kapal. Bagan penyusunan umum memperhatikan secara jelas stasiun pengendalian setiap geladak, macam-macam ruangan yang dibatasi dengan pembagian klas A, B (jika ada), serta penjelasan dari alarm kebakaran, sistem pendeteksian, instalasi percik (bila ada) alat-alat pemadam kebakaran, jalan untuk menuju ke ruangan lain, geladak-geladak serta sistem ventilasi yang di jelaskan juga tentang dimana kedudukannya dan angka pengenal ventilasi untuk setiap sektor. 
Penjelasan di atas harus dimasukkan ke dalam buku petunjuk, setiap perwira harus diberikan buku ini, serta buku ini harus ada di kapal setiap waktu dan di tempat yang mudah dicapai. Bagan pengendalian serta buku petunjuk ini harus dipelihara agar tetap mengikuti perubahan-perubahan yang dilakukan. Keterangan dalam bagan pengendalian maupun buku petunjuk ini ditulis dalam bahasa nasional, bila ditulis bukan dalam bahasa Inggris atau bahasa Perancis, maka harus dimasukkan juga terjemahan ke dalam bahasa Inggris atau Perancis. 
Petunjuk pengoperasian dan perawatan semua peralatan dan instalasi pemadam kebakaran harus disimpan di dalam satu wadah tertutup di tempat yang selalu siap dan mudah dicapai. 

(b). Sijil Keadaan Darurat. 
Sijil keadaan darurat harus memuat semua tugas-tugas khusus dan terutama harus menunjukkan tempat-tempat dimana tiap anggota harus pergi dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bentuk dari sijil keadaan darurat pada setiap kapal penumpang harus disetujui administrasi. Sijil keadaan darurat harus diletakkan pada tempat-tempat-tempat yag mudah terlihat, terutama di ruang-ruang awak kapal sebelum kapal tersebut berlayar. 
Sijil keadaan darurat harus memuat tugas-tugas yang diberikan kepada anak buah kapal yang berhubungan dengan : 
1. Penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan alat-alat penutup dari lubang-lubang pembuangan, pembuangan abu dan pintu-pintu kebakaran. 
2. Perlengkapan sekoci penolong (termasuk pesawat radio untuk sekoci dan rakit penolong, serta alat penolong lainnya). 
3. Penurunan sekoci-sekoci penolong. 
4. Pengumpulan dari penumpang-penumpang. 
5. Pemadam kebakaran dengan memperhatikan bagan pengendalian kebakaran. 
? Di kapal penimpang 1 minggu sekali bila memungkinkan harus dilaksanakan latihan sekoci dan pemadaman kebakaran, latihan ini harus diadakan juga bila sebuah kapal penumpang meninggalkan pelabuhan pemberangkatan terakhir dalam pelayaran Internasional, kecuali pelayaran Internasional jarak pendek. 
? Di kapal barang, untuk latihan sekoci dan pemadaman kebakaran harus dijalankan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 bulan, dengan ketentuan latihan sekoci dan latihan pemadaman kebakaran harus dijalankan dalam waktu 24 jam sesudah meninggalkan pelabuhan, apabila lebih dari 25 % dari awak kapal telah diganti di pelabuhan tersebut. Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam buku harian kapal. 
(2). Tata Cara Keselamatan Perorangan 
Peran/roll bahaya kebakaran adalah suatu sistem pembagian tugas atau tanggungjawab setiap anak buah kapal di pos-pos tugas yang telah ditentukan, yang bertujuan agar dapat menggunakan peralatan pemadam api secara cepat dan tepat. Pada hakekatnya peran/roll sama dengan sistem siaga bahaya kebakaran sesuai yang dilaksanakan pada latihan berkala dalam memadamkan kebakaran. 
Dengan adanya pengaturan tugas sesuai perannya masing-masing, maka setiap awak kapal mengerti setiap tanggungjawabnya bila terjadi bahaya kebakaran. Sehingga penanggulangan bahaya dapat dilakukan dengan cepat, menghindri korban/kerugian yang lebih besar.  Dan setiap anak buah kapal yang baru, sebelum mulai bekerja mengetahui tugas-tugasnya dalam peran serta harus segera menyesuaikan diri untuk mampu melaksanakan tanggungjawab tersebut. 

Contoh daftar peran/roll bahaya kebakaran dapat dilihat pada daftar berikut ini. 
DAFTAR PERAN / ROLL BAHAYA KEBAKARAN 
No. Tugas Jabatan Pos Tugas Uraian Tugas 
A-1 Nakhoda Anjungan - Pimpinan Umum 
- Mengolah gerak kapal 
A-2 Mualim I Anjungan - Meneruskan instruksi- instruksi Nakhoda 
- Membantu olah gerak kapal 
A-3 Mualim II Anjungan - Memplot posisi terus- menerus 
A-4 Juru Mudi Anjungan - Mengemudi kapal 
A-1 Markonis Ruang Radio - Siap mengirim isyarat bahaya 
- Menyiapkan radio portable/Emergency Radio 
- Mengamankan dokumen 
R-2 Ass. Markonis 
Lokasi K - Membantu Serang menyiapkan selang air 
D-1 Mualim III Lokasi K - Pemadaman kebakaran  dengan air dan busa 
M-1 KKM Lokasi - Pimpinan pemadaman kebakaran 
- Memberi perintah alat-alat pemadam yang dipakai dan sebagainya 
M-2 Masinis I Ruang Mesin - Siap menlajankan pompa yang diperlukan 
- Siap mengaktifkan alat pemadaman otomatis 
M-3 Masinin II Ruang Mesin - Pemadam CO2 6 Kg 
- Membantu Masinis I 
M-4 Masinis III Lokasi K - Membantu KKM 
- Pemadam CO2 6 Kg 
M-5 Mandor  Lokasi K - Menyiapkan nozzle dan membuka kran-kran 
M-6 Juru Motor I Lokasi K - Menyiapkan nozzle dan membuka kran-kran 
- Pemadam api Dry Chemical 
M-7 Juru Motor II Lokasi K - Menutup pintu/jendela kedap 
M-8 Juru Motor III Lokasi K - Menutup pintu/jendela kedap 
D-2 Serang Lokasi K - Pemadam api air selang no. 1 
D-3 Juru Mudi II Lokasi K - Pemadam api air selang no. 2 
D-4 Juru Mudi III Lokasi K - Pemadam api air selang no. 2 
D-5 Kelasi I Lokasi K - Pemadam api air selang no. 2 
D-6 Kelasi II Lokasi  - Pemadam api busa 
- Pemadam api air selang no. 2 
D-7 Koki I Lokasi - Pemadam api busa 
- Pemadam CO2 2 Kg 
D-8 Koki II Lokasi - Menutup pintu/jendela kedap 
- Pemadam CO2 2 Kg  
Setiap awak kapal harus nmengetahui tentang dilarang memasuki daerah kebakaran kecuali sudah mendapat perintah dari orang yang bertugas. Setiap awak kapal juga harus mengenal daerah lokasi kebakaran di kapal dan faham betul mengenai jalur-jalur penyelamatan. 
Untuk memasuki derah yang terbakar, khususnya untuk yang beresiko tinggi seperti tidak adanya penerangan dan paketnya asap hasil kebakaran, maka petugas pemadam kebakaran harus menggunakan peralatan pelindung yang lengkap, seperti : 
a. Alat pelindung pernafasan (B.A) 
b. Senter 
c. Kampak 
d. Tali keselamatan tahan api dan perlengkapannya. 

Petugas pemadam harus memakai pakaian pelindung yang memadai seperti topi keamanan, sarung tangan, sepatu keamanan dan baju pemadam. Petugas yang menggunakan tali keselamatan, sudah harus mengerti tentang penandaan (signalling) yang sudah disepakati, seperti : 
a. Satu (1) tarikan tali berarti, saya aman dan tolong diulur talinya, saya akan masuk lagi. 
b. Dua (2) tarikan berarti, saya aman dan tolong ditarik, saya akan keluar. 
c. Tarikan berulang-ulang berarti saya dalam keadaan berbahaya, tolong segera tarik saya keluar. 
Bila masing-masing anggota sudah mengetahui tugas-tugasnya dari peran bahaya kebakaran, maka kemampuan penanggulangan bahaya tergantung dari sering tidaknya diadakan latihan. Dengan seringnya latihan, maka kecepatan gerak dalam menghadapi bahaya menjadi suatu gerakan reflek yang tangkas, sehingga pemadaman api dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. 
(3). Latihan Berkala Di Atas Kapal  
Hal-hal yang penting dalam melaksanakan latihan kebakaran di kapal adalah membuat latihan kebakaran seperti kejadian yang sesungguhnya. Selama pelaksanaan latihan kebakaran, pompa-pompa harus benar-benar dioperasikan, air harus benar mengalir di selang, alat pemadam api ringan harus disiapkan untuk dipakai. 
Semua awak kapal harus berpartisipasi dalam latihan pemadam kebakaran, karena tujuan dari latihan ini adalah untuk dapat membentuk kelompok pemadam kebakaran yang bermutu, dimana harus ditunjang dengan keahlian dari masing-masing awak kapal mengenai kemampuan penggunaan alat pemadam kebakaran, penggunaan alat pelindung, teknik pemadaman, kerjasama kelompok, memperkirakan bahaya yang akan timbul, mengenai jalan penyelamatan diri sesuai dengan konstruksi kapal dan penggunaan alat pelindung pernafasan. 

Diharapakan setiap kali latihan pemadam kebakaran, jenis latihannya berubah-ubah agar awak kapal dapat mengetahui cara-cara pemadaman kebakaran yang mungkin saja terjadi di atas kapal dan tidak membosankan bagi para awak kapal. 
Jenis latihan pemadam kebakaran meliputi : 
a. Memadamkan api yang terjadi di bak kecil. 
b. Memasuki ruang tertutup yang terbakar. 
c. Memadamkan kebakaran di geladak utama. 
d. Menyelamatkan orang pingsan dari ruang yang penuh asap dengan menggunakan alat pelindung pernafasan. 
Setiap awak kapal harus benar-benar terbiasa menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan benar. 
Disamping itu refleks dari para awak kapal begitu mendengar alarm kebakaran harus benar-benar baik, sehingga dapat dengan tenang mengerjakan tugas kewajibannya sesuai yang telah ditetapkan. Jalur-jalur penyelamatan diri di atas kapal sudah harus dipahami oleh setiap awak kapal, sehingga bila terjadi keadaan darurat dan secara kebetulan penerangan padam, setiap awak kapal dapat menyelamatkan diri dengan selamat. 
Penggunaan alat pelindung pernafasan semestinya dipahami dan penggunaan sarana perlengkapan lainnya, seperti tali keselamatan beserta pengait dan penandaannya harus dimengerti. Begitu juga diharapkan keterampilan dalam penggunaan peralatan penolong pernafasan buatan untuk korban yang memerlukan bantuan. 
(4). Sistem Penjagaan  
a. Sistem penjagaan harus diadakan pada semua kapal sehingga timbulnya kebakaran dapat segera ditemukan. Alarm kebakaran manual harus dipasang diseluruh akomodasi penumpang dan awak kapal, guna memungkinkan penjaga memberitahukan ke anjungan atau stasiun pengontrol kebakaran bila terjadi kiebakaran. 
b. Selain itu harus disediakan alarm kebakaran atau sistem deteksi kebakaran secara otomatis yang dapat menunjukkan adanya gejala kebakaran di suatu tempat yang tidak dapat dijangkau dengan sistem penjagaan manusia, kecuali sifat pelayaran kapal tersebut jarak pendek. 
c. Semua kapal, baik di laut atau di pelabuhan (kecuali dalam keadaan rusak) setiap saat harus diawaki atau diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga setiap alarm kebakaran awal, dijamin dapat segera diterima oleh awak yang bertanggungjawab. 
(5). Tata Cara Memadamkan Kebakaran  
(a). Pengetahuan tentang Penyusunan Keselamatan Kebakaran. 
Alarm kebakaran manual harus dipasang diseluruh akomodasi penumpang dan awak kapal, guna memungkinkan penjaga memberitahukan ke anjungan atau stasiun pengawas keadaan darurat bila terjadi kebakaran di atas kapal tersebut. Selanjutnya stasiun pengawas keadaan darurat  akan membunyikan alarm keseluruh kapal untuk memberitahukan kepada seluruh pelayar bahwa sudah terjadi kebakaran. Alat-alat pemadam kebakaran tetap akan bekerja dengan sendirinya. Bila alat deteksi kebakaran menemukan adanya kebakaran di suatu tempat. Begitu juga pintu-pintu kedap api dapat ditutup sesuai dengan kebutuhan yang semuanya ini diatur pada stasiun pengawasan keadaan darurat. Pada kebakaran yang terjadi, semua orang harus mengerti akan potensi kebakaran, seperti radiasi panas dari kebakaran itu sendiri, gas beracun yang dihasilkan dari kebakaran dan terperangkap di lokasi kebakaran. 
(b). Alarm-alarm Kebakaran dan Tindakan Awal. 
Bila seorang pelayar menemukan adanya kebakaran maka tindakan awal yang dilakukan adalah membunyikan alarm yang berada terdekat dengan tempat kebakaran. Kotak alarm yang ada harus dipecahkan kacanya terlebih dahulu atau hanya membuka tutupnya saja. Selanjtnya tekan tombol yang ada di dalam kotak alarm atau menarik tuas yang ada di dalam kotak alarm. 
Setelah alarm kebakaran terdengar maka bila memungkinkan usahakan memadamkan kebakaran dengan alat yang sesuai. Harus diperhitungkan tentang membesarnya api, ingat bila kebakaran membesar berarti ada kemungkinan terjebak dalam asap dan panas. Bila hal ini terjadi maka pelayar harus menyelamatkan diri ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan datang untuk memadamkan kebakaran. 
Hal yang penting juga adalah bila memungkinkan menutup sistem peranginan. Tujuannya adalah agar kebakaran tidak meluas ke bagian lain yang dikarenakan berkurangnya oksigen pada ruang yang terbakar.  
(c). Pemadaman Kebakaran  
Dalam memadamkan kebakaran yang terjadi di kapal, para pelayar harus mengetahui cara memadamkan kebakaran secara cepat dan tepat, tentunya menggunakan teknik dan taktik yang tepat, sesuai dengan jenis dan tempat kebakaran. Hal ini disebabkan karena konstruksi kapal yang memang khusus, dan sangat berpengaruh terhadap usaha pemadaman kebakaran di atas kapal. Belum lagi akibat dari kebakaran dan akibat dari pemadamannya dapat bereaksi dengan muatan yang diangkut kapal tersebut. 
Untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan, maka pimpinan pemadam kebakaran harus mengontrol juga tentang stabilitas kapal. Karena konstruksi bangunan kapal yang memang khusus, maka petugas pemadam kebakaran tidak dapat bertindak dengan leluasa. Perlu diperhatikan mengenai orang- orang yang tidak bertugas memadamkan kebakaran harus menjauh dari lokasi kebakaran dan tidak diperkenankan masuk ke lokasi kebakaran tanpa perintah dari petugas pemadam kebakaran. 
Sengat berbeda dengan kejadian di darat, dimana orang yang terancam bahaya dapat cepat menyingkir ke tempat yang aman. Pada kebakaran di kapal yang terjadi di tengah laut, korban tidak dapat berlindung selain di dalam kapal, apalagi bila cuaca/ombak cukup besar. 
Oleh karena itu pimpinan pemedam kebakaran harus dapat memutuskan dengan cepat bila memang situasinya sudah  tak dapat di atasi. Agar sekoci dan alat-alat penolong dapat diselamatkan, supaya dapat digunakan untuk tindakan-tindakan penyelamatan lebih lanjut. 
Bila kebakaran sudah dapat dipadamkan, maka masih diadakan pengawasan tentang kemungkinan terjadinya penyalaan kembali yang disebabkan karena masih adanya sumber penyalaan yang tersisa atau disebabkan bertambahnya kekuatan angin sehingga menambah kadar oksigen, yang mana hal ini menunjang terjadi penyalaan. 

Dari sifat-sifat khusus kebakaran di kapal sesuai yang dibahas di atas, dapat diketahui bahwa penanggulangan bahaya kebakaran di kapal adalah lebih sulit, dan ancaman bahaya khususnya terhadap jiwa manusia adalah lebih besar. Oleh sebab itu usaha pencegahan bahaya kebakaran harus dilakukan secara ketat, dan tindakan-tindakan keamanan di masing-masing ruangan kapal yang diduga dapat menimbulkan sumber api, harus benar-benar ditegakkan. 
Sebagai bagian akhir dari uraian Kegiatan Belajar 1, cobalah anda simak rangkuman dibawah ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar