Selasa, 02 September 2014

COVER DAN DAFTAR ISI MAKALAH


MAKALAH
JENIS JENIS KAPAL DAN FUNGSINYA

PELAJARAN : BSKP
KELAS           : X NKPI
SEMESTER   : GASAL/TH. 2014

 LOGO SMK N 1 PURING

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 1
ANGGOTA : 1-6
1.
2.
3.
4.
5.
6.


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMK NEGERI 1 PURING- KEBUMEN   

KAB. KEBUMEN
2014






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB. I......................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................
1.    Latar Belakang.............................................................................
2.    Permasalahan...............................................................................
3.    Tujuan..........................................................................................
BAB. II....................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................
1.      Materi.........................................................................................
2.      Materi.........................................................................................
BAB. III.................................................................................................
PENUTUP.............................................................................................
1.      KESIMPULAN.........................................................................
2.      SARAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................








Senin, 01 September 2014

STABILITAS KAPAL

 KESEIMBANGAN  KAPAL  ( STABILITAS  KAPAL )

6.1.  Pengertian Dasar  
 Sebuah kapal dapat mengoleng disebabkan karena kapal mempunyai kemampuan untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget yang dikarenakan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja pada kapal.   Beberapa contoh pengaruh luar yang dimaksud adalah: arus, ombak, gelombang, angin dan lain sebagainya. Dari sifat olengnya apakah sebuah kapal mengoleng terlau lamban, ataukah  kapal mengoleng dengan cepat atau bahkan terlau cepat dengan gerrakan yang menyentak-nyentak, atau apakah kapal mengoleng dengan enak, maka dibawah ini akan diberikan pengertian dasar tentang olengan sebuah kapal.  
1. Sebuah kapal yang mengoleng terlalu lamban, maka hal ini menandakan bahwa kemampuan untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget adalah terlalu kecil. Kapal yang pada suatu saat mengoleng demikian dikatakan bahwa stabilitas kapal itu kurang atau kerapkali juga disebut bahwa kapal itu “langsar “.  
2. Sebuah kapal yang mengoleng secara cepat dan dengan menyentak-nyentak, maka hal itu menandakan bahwa kapal kemampuannya untuk menegak kembali sewaktu ka[al menyenget adalah terlalu besar atau kelewat besar. Kapal yang dalam keadaan demikian itu dikatakan bahwa stabilitas kapal itu terlalu besar atau seringkali disebut bahwa kapal itu “Kaku “.  
3. Sebuah kapal yang mengoleng dengan “enak “ maka hal itu menandakan bahwa kemampuannya untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget adalah sedang. Kapal yang dalam keadaan demikian itu sering kali disebut sebuah kapal yang mempunyai stabilitas yang “ baik “   Sebuah kapal yang stabilitasnya terlalu kecil atau yang disebut langsar itu untuk keadaan-keadaan tertentu mungkin berakibat fatal, sebab kapal dapat terbalik. Kemungkinan demikian dapat terjadi, oleh karena sewaktu kapal akan menegak kembali pada waktu kapal menyenget tidak dapat berlangsung, hal itu dikarenakan misalnya oleh adanya pengaruh luar yang bekerja pada kapal, sehingga kapal itu akan menyenget lebih besar lagi.   

Apabila proses semacam itu terjadi secara terus menerus, maka pada suatu saat tertentu kapal sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk menegak kembali. Jelaslah kiranya bahwa apabila hal itu terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa kapal akan terbalik.  
Sebuah kapal yang kaku dapat berakibat :  
1. Kapal “ tidak nyaman “ sebagai akibat dari berolengnya kapal yang secara cepat dan menyentak-nyentak itu, sehingga mungkin sekali terjadi semua awak kapalnya (terlebih-lebih para penumpang) menjadi mabok, sebab dapat dikatakan bahwa tidak ada satu saatpun kapal itu dalam keadaan “ tenang “  
2. Sebagai akibat dari gerakannya yang menyentak-nyentak dan dengan cepat itu maka konstruksi kapal dibangunan-bangunan atasnya akan sangat dirugikan, misalnya sambungan- sambungan antara suku-suku bagian bangunan atas akan menjadi longgar, sebab paku-paku kelingnya menjadi longgar.   
Akibat lain yang mungkin juga terjadi adalah longsornya muatan yang dipadat didalam ruang-ruang dibawah. Longsornya muatan itu dapat membawa akibat yang sangat fatal (kapal dapat terbalik).  
 Sebuah kapal yang stabilitasnya kecil atau yang disebut langsar yang disebabkan karena bobot diatas kapal dikonsetrasikan dibagian atas kapal. Sebuah kapal dapat bersifat kaku, oleh karena pemadatan muatan dikapal itu dilakukan secara tidak benar, yakni bobot-bobot dikonsentrasikan di bawah, sehingga kedudukan titik beratnya terlalu rendah.   Pada pokoknya, stabilitas kapal dapat digolongkan didalam 2 jenis stabilitas yaitu : 1.  Stabilitas kapal dalam arah melintang (sering kali disebut stabilitas melintang) 2. Stabilitas kapal dalam arah membujur (sering kali disebut stabilitas membujur)   Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya.  
Stabilitas membujuradalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget 

6.2. Stabilitas Awal  
Stabilitas awal sebuah kapal adalah kemampuan dari kapal itu untuk kembali kedalam kedudukan tegaknya semula sewaktu kapal menyenget pada sudut-sudut kecil ( = 60 ). Pada umumnya stabilitas awal ini hanya terbatas pada pembahasan pada stabilitas melintang saja. Didalam membahas stabilitas awal sebuah kapal, maka titik- titik yang menentukan besar kecilnya nilai-nilai stabilitas awal adalah :  
6.2.1.  Titik Berat Kapal ( G ) a.  Definisi  Titik berat kapal adalah sebuah titik di kapal yang merupakan titik tangkap dari Resultante semua gaya berat yang bekerja di kapal itu, dan dipengaruhi oleh konstruksi kapal.  
b. Arah bekerjanya  Arah bekerjanya gaya berat kapal adalah tegak lurus kebawah  
c. Letak / kedudukan berat kapal  Titik berat kapal dari suatu kapal yang tegak terletak pada bidang simetris kapal yaitu bidang yang dibuat melalui linggi depan linggi belakang dan lunas kapal  
d. Sifat dari letak / kedudukan titik berat kapal  Letak / kedudukan titik berat kapal suatu kapal akan tetap bila tidak terdapat penambahan, pengurangan, atau penggeseran bobot diatas kapal dan akan berpindah tempatnya bila terdapat penambahan, pengurangan atau penggeseran bobot di kapal itu :  
1.  Bila ada penambahan bobot, maka titik berat kapal akan berpindah kearah / searah dan sejajar dengan titik berat bobot yang dimuat  
2. Bila ada pengurangan bobot, maka titik berat kapal akan berpindah kearah yang berlawanan dan titik berat bobot yang dibongkar  
3. Bila ada penggeseran bobot, maka titik berat sebuah kapal akan berpindah searah dan sejajar dengan titik berat dari bobot yang digeserkan   

6.2.2.  Titik Tekan = Titik Apung ( B ) a.  Definisi  Titik tekan = Titik apung = Centre of buoyency debuah titik di kapal yang merupakan titik tangkap Resultante semua gaya tekanan keatas air yang bekerja pada bagian kapal yang terbenam didalam air.  
b. Arah bekerjanya  Arah bekerjanya gaya tekan adalah tegak lurus keatas  
c. Letak / kedudukan titik tekan/titik apung  Kedudukan titik tekan sebuah kapal senantiasa berpindah pindah searah dengan menyengetnya kapal, maksudnya bahwa kedudukan titik tekan itu akan berpindah kearah kanan apabila kapal menyenget ke kanan dan akan berpindah ke kiri apabila kapal menyenget ke kiri, sebab titik berat bagian kapal yang terbenam berpindah-pindah sesuai dengan arah sengetnya kapal.   Jadi dengan berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut.  
6.2.3.  Titik Metasentrum ( M ) a.  Definisi  Titik Metasentrum sebuah kapal adalah sebuah titik dikapal yang merupakan titik putus yang busur ayunannya adalah lintasan yang dilalui oleh titik tekan kapal  
b. Letak / kedudukan titik Metasentrum kapal  Titik Metasentrum sebuah kapal dengan sudut-sudut senget kecil terletak pada perpotomgam garis sumbu dan, arah garis gaya tekan keatas sewaktu kapal menyenget  
c. Sifat dari letak / kedudukan titik metasentrum  Untuk sudut-sudut senget kecil kedudukan Metasentrum dianggap tetap, sekalipun sebenarnya kekududkan titik itu berubah-ubah sesuai dengan arah dan besarnya sudut senget. Oleh karena perubahan letak yang sangat kecil, maka dianggap tetap.   

Dengan berpindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya kemampuan kapal untuk menegak kembali. Besar kecilnya kemampuan sesuatu kapal untuk menegak kembali merupakan ukuran besar kecilnya stabilitas kapal itu.   
Jadi dengan berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat dari menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut.  
Dengan berpindahnya kedudukan titik tekan B dari kedudukannya semula yang tegak lurus dibawah titik berat G itu akan menyebabkan terjadinya sepasang koppel, yakni dua gaya yang sama besarnya tetapi dengan arah yang berlawanan, yang satu merupakan gaya berat kapal itu sendiri sedang yang lainnya adalah gaya tekanan keatas yang merupakan resultante gaya tekanan keatas yang bekerja pada bagian kapal yang berada didalam air yang titk tangkapnya adalah titik tekan.   
Dengan terbentuknya sepasang koppel tersebut akan terjadi momen yang besarnya sama dengan berat kapal dikalikan jarak antara gaya berat kapal dan gaya tekanan keatas. Untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas, harap perhatikan gambar dibawah ini      

6.3. Teori Koppel Dan Hubungannya Dengan Stabilitas Kapal  
 Yang dimaksud dengan sepasang koppel adalah sepasang gaya yang sama besarnya tetapi dengan arah yang berlawanan. (lihat gambar  ).   
 Apabila pada sebuah benda bekerja sepasang koppel, maka benda tersebut akan berputar. Besarnya kemampuan benda itu berputar ditentukan oleh hasil perkalian antara gaya yang membentuk koppel itu dan jarak antara kedua gaya tersebut.  
 Apabila sebuah kapal menyenget, pada kapal tersebut akan terjadi sepasang koppel yang menyebabkan kapal itu memiliki kemampuan untuk menegak kembali atau bahkan bertambah menyenget lagi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, harap perhatikan gambar-gambar dibawah ini.  
  
Besarnya kemampuan untuk menegak kembali sebuah kapal sewaktu kapal menyenget dengan suatu sudut tertentu adalah sama dengan hasil perkalian antara gaya berat kapal dan jarak antara gaya berat kapal dan gaya tekanan keatas yang bekerja pada kapal saat tertentu itu.      

Besarnya kemampuan untuk menegak kembali kapal itu adalah sebesar  =  W  x  GZ.  Atau jika dituangkan dalam bentuk rumus akan berbentuk :       Mp  =  W  x  GZ  
 Dimana  Mp adalah Momen penegak    Mungkin saja bahwa dua kapal dengan kondisi sama ukuran, berat benaman,dan sudut sengetnya sama besar, yang demikian itu memiliki stabilitas yang berlainan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :  
 Stabilitas kedua kapal itu dapat berlainan, oleh karena besarnya momen penegak  ( Mp = W  x  GZ ), maka satu-satunya alasan yang menyebabkan momen kedua kapal itu tidak sama adalah faktor GZ = lengan penegak. Besarnya lengan penegak kedua kapal itu tidak sama besar disebabkan oleh karena kedudukan titik berat kedua kapal itu tidak sama tinggi (lihat gambar dibawah ini)           
    
Mp  =  W  x  GZ   Mp  =  W  x  GZ  
 Jika berat benaman kedua kapal   =  15.000 ton, maka  Dan  lengan penegak kapal  A =  0,45 meter   Lengan penegak kapal B =  0,30 meter  Perhitungannya :   
W  =  15.000 ton   W  =  15.000 ton GZ =  0,45 meter,  maka  GZ =  1 kaki, maka Mp = 15.000 ton x 0,45 meter Mp =15.000 ton x 0,30 meter         =  6.750 ton meter        =  4.500 ton meter  
Contoh Soal : 1.  Apabila pada sebuah kapal yang berat benamannya 5.000 ton yang sedang mengoleng sehingga jarat antara gaya berat dan gaya tekan keatasnya  = 0,90 meter, berapa besarkah momen penegak kapal itu.  
 Penyelesaian :  Diketahui :  W  = 5.000 ton     GZ   = 0,90 meter  
Ditanyakan :  Momen koppel Jawab  :  Mp   =  W  x  GZ    =  5.000 ton  x  0,90 meter    =  4.500 ton meter  
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari rumus Mp = W x GZ adalah : 1. Apabila W semakin besar, maka Mp pun semakin besar 

2. Apabila GZ semakin besar, maka Mp pun semakin besar 3. Apabila W tetap, maka besarny a nilai M sebanding dengan nilai GZ artinya bahwa MP merupakan fungsi dari GZ artinya bahwa semakin besar nilai GZ  maka semakin besar pula nilai M, semakin kecil nilai GZ semakin kecil pula nilai M tersebut. Jika hubungan antara kedua faktor itu dituangkan didalam bentuk rumus, maka rumus itu akan berbentuk :  
 Mp  =  f(GZ)    baca : Mp adalah fungsi GZ artinya bahwa besarnya nilai MP adalah semata-mata tergantung dari nilai GZ. Jarak antara gaya berat kapal (berat benaman kapal) dan gaya tekanan keatas itu disebut : Lengan koppel.  
 Apabila momen yang terjadi akan menegakan kembali kapal yang sedang menyenget, maka jarak antara berat benaman kapal dan gaya tekan keatas itu sering disebut Lengan penegak, sedangkan apabila momen yang terjadi akan mengakibatkan bertambah besarnya senget kapal, maka jarak antara berat benaman dan gaya tekan keatas itu seringkali juga disebut Lengan penyenget.  
Alasan yang dipergunakan sebagai dasar penamaan nilai GZ yang demikian itu adalah disebabkan oleh karena momen yang terjadi oleh sepasang koppel itu akan mengakibatkan tegak kembalinya kapal yang sedang dalam keadaan miring.  
Apabila sebuah kapal yang sedang menyenget dengan sudut senget sedemikian rupa sehingga kedudukan titik  B nya berada tegak lurus dibawah titik G nya, maka pada saat itu kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali. Hal ini disebabkan karena momen penegaknya pada saat itu sama dengan nol, sebab besarnya lengan penegak pada saat sama dengan nol.  
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, harap perhatikan uraian yang disertai dengan penjelasan seperti tersebut dibawah ini.           

Sesuai dengan gambar tersebut diatas maka gaya berat kapal berimpit dengan gaya tekan keatas, sehingga jarak antara kedua gaya tersebut adalah sama dengan nol. Selanjutnya sesuai dengan rumus :  
  Mp  =  W  x  GZ  
  Jika nilai  GZ  =  0   Maka  :   Mp  =  W  x  0               =  0  
Hal ini berarti bahwa jika momen penegaknya  =  0, maka akibatnya bahwa pada saat itu dalam keadaan stabilitas netral, artinya bahwa pada saat itu kapal tidak mempunyai kemampuan untuk menegak kembali.  
6.4.  Macam Keadaan Stabilitas Kapal Dalam membahas keadaan-keadaan stabilitas, dikenal 3 (tiga) macam keadaan stabilitas, yakni :  
6.4.1.  Stabilitas mantap atau stabilitas positif Keadaan stabilitas kapal yang demikian ini apabila kedudukan titik G lebih rendah dari pada kedudukan metasentrumnya (titik M), sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu kapal menyenget mesti memiliki kemampuan untuk menegak kembali. (Lihat Gambar dibawah ini).  

6.4.2.  Stabilitas goyah atau stabilitas negatif  Keadaan stabilitas kapal yang demikian ini apabila kedudukan titik G lebih tinggi dari pada kedudukan metasentrumnya (titik M), sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas goyah atau negatif sewaktu kapal menyenget kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali, tetapi bahkan sudut sengetnya akan bertambah besar (lihat gambar dibawah ini)   
                                      
6.4.3.  Stabilitas netral  Sebuah kapal mempunyai stabilitas netral apabila kedudukan titik berat  G  berimpit dengan kedudukan titik M (Metasentrum). Oleh karena jarak antara kedua gaya yang membentuk sepasang koppel itu sama dengan nol, maka momen penegak kapal yang memiliki stabilitas netral sama dengan nol, atau bahwa kapal tidak 

Gambar. 6.5.  Stabilitas netral Ditinjau dari hubungan-hubungan yang ada antara kedudukan titik berat ( G ) dan Metasentrumnya ( M ), sebuah kapal mungkin memiliki stabilitas sebagai berikut :  
1. Stabilitas mantap (stabilitas positif), apabila kedudukan metasentrumnya (M) lebih tinggi dari pada kedudukan titik beratnya (G), Sebuah kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu kapal menyenget, kapal memiliki kemampuan untuk menegak kembali    2. Stabilitas goyah (stabilitas negatif), apabila kedudukan metasentrumnya ( M ) lebih rendah dari pada kedudukan titik beratnya ( G ). Sebuah kapal yang memiliki stabilitas goyah (stabilitas negatif) ini sewaktu kapal menyenget. Kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali, tetapi bahkan sengetnya semakin besar  
3.  Stabilitas netral, apabila kedudukan titik beratnya berimpit dengan kedudukan metasentrumnya. Sebuah kapal yang memiliki stabilitas netral ini sewaktu menyenget, kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali demikian pula tidak bertambah menyenget lagi.  
Perbedaan terhadap jenis stabilitas sebagaimana tersebut diatas hanya berlaku didalam hal stabilitas awal saja. Mengapa demikian, sebab sudah jelas bahwa kapal yang menyenget dengan sudut-

sudut yang besar, pada akhirnya kapal akan menjadi goyah dan terbalik.  
Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal agar mempunyai stabilitas yang mantap, yakni apabila titik beratnya ( G ) kapal terletak lebih rendah dari pada metasentrumnya ( M ). Stabilitas sebuah kapal akan menjadi semakin kecil, apabila kedudukan titik beratnya ( G ) kapal itu semakin mendekati kedudukan mentasentrumnya ( M ), dengan catatan bahwa titik berat ( G )  itu masih lebih rendah dari pada metasentrumnya (M), dengan catatan bahwa titik berat ( G ) ini terletak lebih rendah dari pada metasentrumnya (lihat gambar dibawah ini).   
                                    
Gambar. 6.6. Menghitung Nilai Stabilitas Kapal  
Pada gambar segitiga GMZ tersebut diatas, berlaku :  
 GZ  -----  =  Sin Q,  jadi GZ    =  GM Sin Q  GM  
Penjelasan :  Untuk sudut senget Q tertentu, maka nilai  GZ  tergantung dari nilai  GM  (jarak antara titik G dan titik M). Besarnya nilai GM sesuatu kapal dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai besarnya stabilitas kapal tersebut, sebab menurut persamaan :  
 Mp  =  W  x  GZ ....................................................................... ( 1 )  
Maka momen penegak ( M ) sesuatu kapal dengan berat benaman tertentu adalah semata-mata tergantung dari nilai  GZ  saja.  

Selanjutnya, persamaan :  
 GZ  =  GM Sin Q ...................................................................... ( 2 )  
Maka untuk sudut senget tertentu, nilai  GZ hanya semata-mata tergantung dari nilai  GM  
Kesimpulan : Oleh karena besar-kecilnya stabilitas sesuatu kapal tergantung pada besar-kecilnya momen penegak yang dimilikinya, sedangkan besar kecilnya momen penegak yang dimilikinya itu tergantung pada besar kecilnya lengan penegak yang dimilikinya.   
Selanjutnya besar kecilnya lengan penegak yang dimilikinya itu tergantung pada besar kecilnya nilai  GM nya (tinggi metasentrum). Maka jelas bahwa besar kecilnya GM (tinggi metasentrum) sesuatu kapal dapat dipergunakan ukuran untuk menilai besar kecilnya stabilitas kapal tersebut.  
Tinggi metasentrum ( GM ) hanya dapat dipergunakan sebagai ukuran atas besar kecilnya stabilitas untuk sudut-sudut senget yang kecil-kecil saja, sedangkan untuk sudut-sudut senget yang besar, tinggi metasentrum GM itu tidak dapat dipergunakan sebagai ukuran atas besar kecilnya stabilitas sesuatu kapal.   
Mengapa demikian, sebab apabila kapal menyenget dengan sudut- sudut senget yang besar, kedudukan metasentrum ( M ) nya tidak lagi tetap berada ditempatnya yang semula, sehingga nilai tinggi metasentrumnya GM  tidak lagi tetap besarnya, sehingga rumus  Mp  =  W  x  GM Sin Q  tidak berlaku lagi untuk sudut-sudut senget yang besar.  
Untuk memperoleh besarnya nilai tinggi metasentrum ( GM ) sesuatu kapal dapat ditempuh beberapa jalan :  
1. Menentukan kedudukan titik M (metasentrum) diatas bidang datar yang du\ibuat melalui lunas K. Besarnya nilai KM ini dapat diperoleh dengan mempergunakan lengkung hidrostatis atau sebuah tabel yang disusun berdasarkan lengkung tersebut.  
2. Mengurangi KM dengan KG akan diperoleh dengan mempergunakan apa yang disebut aturan momen :  
    ? M    KG  =  ------     ? W 

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, harap perhatikan gambar berikut ini :    
                                      M                                       G   
                                       B                      KG  KM   
                                                                           K      
Gambar. 6.7. Kedudukan Nilai KM, KG, GM  
Dari gambar tersebut diatas maka berlakulah persamaan :  
   GM  =  KM  -  KG   
Jika di kapal tidak tersedia lengkung-lengkung hidrostatis, maka untuk memperoleh nilai  KM dapat diperoleh dari persamaan :  
   KM  =  KB  +  BM  
Besarnya nilai  KB dapat diperoleh dengan mempergunakan rumus- rumes praktis sebagai berikut :  
1. KB  =  0,53 s dimana s adalah sarat  rata-rata pada saat itu, atau mempergunakan :  
2. Rumus  MORISH         1      5             V          KB     =  ----- ( ----  S  -   ---- )                3     2              A dimana  :   S  : adalah sarat rata-rata kapal pada saat itu     V  : Volume benaman kapal     A  : Luas bidang air    

3. Besarnya nilai BM dapat diperoleh dengan mempergunakan rumus :    I        BM    =   -------    V dimana  :         I  : momen lembam bidang air terhadap sumbu  membujurnya     V : Volume benaman kapal pada saat itu  Selanjutnya besarnya momen lembam ( I ) itu dapat diperhitungkan rumus  :   
   I   =  k  x  p  x  I3  
dimana  :         K :  Konstante (tetapan) yang nilainya tergantung dari besarnya nilai koeffisien bidang airnya  
Untuk memperoleh hubungan antara besarnya nilai tetapan  K  dan koeffisien bidang airnya, harap perhatikan nilai-nilai yang tertera dalam tabel berikut ini :  

selanjutnya untuk memperoleh nilai  GM  , dipergunakan rumus  :  
        GM  =  KM  -  KG Besarnya nilai  BM  disebut jari-jari metasentrum, sebab sewaktu sebuah kapal mengoleng (dengan sudut-sudut senget kecil) titik tekan  B  berpindah-pindah sepanjang sebuah busur lingkaran yang titik pusatnya terletak di metasentrum kapal tersebut. Jadi didalam hal ini,  BM  selalu memiliki nilai yang tetap, sedangkan titik  M  merupakan titik pusat sebuah lingkaran yang sebagian busurnya merupakan lintasan dari titik tekan  B  yang berpindah-pindah tersebut (lihat gambar dibawah ini).  

a.Titik G diatas M, sehingga  b. Pada suatu saat  c. Serelah titik G diturun      Senget kapal akan makin       B terletak tegak      kan hingga terletak      Besar, hingga  ................       lurus di bawah G    dibawah M, maka          kapal akan dapat          menegak kembali  
6.5.  Cara Memperhitungkan Stabilitas Kapal Sebelum perhitungan-perhitungan stabilitas sebuah kapal mulai dikerjakan, kedudukan titik berat ( G ) kapal dalam kedaan kosong atau kedudukan titik berat pada saat itu, tergantung pada keadaan sebelum perhitungan-perhitungan itu dilakukan.  
Apabila kedudukan titik berat kapal dalam keadaan kosong (KG kapal kosong) tidak dapat diperoleh dikapal, harus menghubungi kantor pusat (perwakilannya) perusahaan / pemilik kapal dengan maksud untuk mengusahakannya.  

Kedudukan titik berat setiap muatan yang dibongkar atau yang muat dikapal harus diketahui secara tepat (disamping harus diketahui juga bobot setiap muatan yang dimuat atau yang dibongkar itu, sebab setiap adanya perubahan bobot dikapal akan mengakibatkan berubahnya kedudukan titik berat kapal semula (sebelum dilakukan kegiatan bongkar-muat).  
Didalam praktek, pada umumnya tidak mungkin dapat mengetahui baik bobot maupun kekdudukan titik berat setiap muatan yang dimuat maupun yang dibongkar secara tepat benar.   
Sekalipun demikian, kita harus dapat memperkirakan kedudukan titik berat setiap muatan (bobot) yang dimuat dan dibongkar itu sedemikan rupa, sehingga nilai-nilainya yang diperkirakan itu sedekat mungkin mendekati kebenaran, sebab apabila nilai-nilainya yang diperkirakan itu jauh dari kenyataannya, maka akan mengakibatkan salah perhitungan yang sangat berarti, sehingga kesalahan yang terjadi tidak dapat diabaikan.  
Untuk mengetahui berpindahnya kedudukan titik berat ( G ) sesuatu kapal, harus benar-benar menguasai teori momen. Rumus momen yang dimaksudkan adalah  :     
 M   =   K  x  d  
 Dimana : M   : momen    K   : besarnya gaya a    : jarak antara gaya dan titik terhadap mana momen diperhitungkan  
Apabila muatan yang dikerjakan lebih dari satu party, maka harus diperhitungkan momen untuk masing-masing party muatan itu, setelah itu momen-momen tersebut dijumlahkan dan yang pada akhirnya jumlah momen itu dibagi dengan jumlah bobot yang dikerjakan itu. Dengan demikian adan mendapatkan kedudukan titik berat yang terakhir (setelah pemuatan selesai di kerjakan ).  
Didalam perhitungan - perhitungan momen-momen yang dikarenakan oleh adanya pemuatan-pembingkaran muatan dikapal, rumus momen itu dapat diterapkan, dengan catatan bahwa faktor – faktor yang terkandung didalam rumus itu harus merupakan unsur- unsur berikut ini :   
 K (=gaya) :  adalah bobot yang dimuat-bongkar a (=lengan)     :  adalah jarak antara titik berat setiap bobot yang dimuat-dibongkar terhadap bidang 

lunas (jarak tegak titik berat setiap bobot yang dimuat dibongkar diatas lunas)  
Sehingga rumus momen itu boleh kita ungkapkan sebagai berikut :  
 M   =  W  x  d  
dimana  :  W  : bobot yang dimuat atau dibongkar dalam satuan kilogram, atau dalam satuan ton metrik atau dalam ton (longton).   d  : kedudukan titik berat bobot yang dimuat atau  yang bongkar terhadap bidang lunas kapal. Jarak ini dapat dinyatakan dalam satuan meter ataupun kaki.  
Sehingga, apabila  W  dalam satuan ton metrik, dalam pada itu  d  dalam satuan meter, maka momen bobot yang dimuat atau yang dibongkar terhadap bidang lunas adalah dalam satuan ton meter.  
Apabila  W  dinyatakan dalam satuan ton (longton) dan dalam pada itu  d  dinyatakan dalam kaki, maka momen bobot yang dibongkar atau yang dimuat itu adalah dalam satuan longton kaki.  
? M= M + M1 + M2 + M3  + ...............................Mn – 1+ M n = W x KG + w1 x KG1 + w2 x KG2 + w3 x KG3 .....w (n-1) x KG (n-1)    + wn x KGn   
dimana  :   ? M  (baca sigma M) :  Jumlah momen M, M1, M2, M3,  adalah momen masing-masing bobot W, w, w, w, dst........ masing-masing bobot yang dimuat atau dibongkar dikapal  
Dimana   : W =  berat benaman kapal sebelum pemuatan atau  pembongkaran dilakukan KG, KG1, KG2, KG3, dst .......  secara berturut-turut adalah jarak titik berat masing-masing bobot yang dimuat atau dibongkar dikapal itu Dimana : KG  adalah jarak titik berat kapal sebelum pemuatan atau pembongkaran bobot dilakukan       

Rumus untuk memperoleh jarak titik berat terakhir (setelah melakukan pemuatan / pembongkaran)  
    ?  M    KG’  = --------     ?  W  
dimana  :   KG’    :   jarak titik berat kapal diatas bidang lunas yang terakhir ?  M  : Jumlah momen yang terdapat dikapal ?  W : Jumlah bobot yang terakhir (merupakan berat benaman yang terakhir)  
Untuk menggunakan rumus itu secara praktis, dianjurkan menggunakan kolom-kolom berikut ini :  
Bobot Jarak Titik Berat 
Momen 

1. Sebuah kapal dalam keadaan kosong mempunyai berat benaman 6.000 ton. Titik berat kapal dalam keadaan kosong tersebut terletak 4,5 meter diatas bidang  lunasnya. Kapal itu akan dimuati dengan 250 ton muatan yang akan ditempatkan sedemikian rupa, sehingga titik berat muatan itu akan terletak 6 meter diatas bidang lunasnya. Disamping itu kapal juga akan dimuati satu party muatan yang beratnya 400 ton yang titik beratnya akan terletak 1,5 meter diatas titik berat semulanya.   Ditanyakan : Kedudukan titik berat kapal setelah pemuatan itu dilakukan  


2.  Sebuah kapal yang pada suatu saat mempunyai berat benaman 7.500 ton titik beratnya terletak 6 meter diatas bidang lunasnya, melakukan pembongkaran bobot berikut ini :   700 ton dari 3 meter diatas bidang lunasnya   200 ton dari 4,5 meter diatas bidang lunasnya   100 ton dari 2,4 meter diatas bidang lunasnya  
Ditanyakan  :  Kedudukan titik berat kapal tersebut setelah muatan itu selesai dibongkar  
Untuk menghitung soal tersebut, dianjurkan untuk memisahkan antara muatan-muatan yang dimuat dan yang dibongkar. Adapun kolom- kolomya yang dianjurkan untuk digunakan adalah sebagai berikut :  

3. Sebuah kapal yang berat benamannya 16.000 ton yang titik beratnya pada saat itu terletak 3,6 meter diatas lunasnya akan memuat sebuah party muatan sebanyak 750 ton sehingga titik berat muatan itu akan terletak 2,7 meter diatas lunas.  
 Ditanyakan :  1. Kedudukan titik berat kapal setelah selesai memuat    
4. Sebuah kapal pada suatu saat mempunyai berat benaman 10.000 ton dan titik beratnya terletak 7,5 meter diatas lunas, melakukan kegiatan bongkar dan muat sebagai berikut : Pemuatan  :    700 ton, titik beratnya terletak 4,5 meter diatas lunasnya    500 ton, titik beratnya terletak 3,0 meter diatas lunasnya    300 ton, titik beratnya terletak 2,1 meter diatas lunasnya    450 ton, titik beratnya terletak 2,4 meter diatas lunasnya Pembongkaran : 600 ton, titik beratnya terletak 2,7 meter diatas lunasnya   800 ton, titik beratnya terletak 4,8 meter diatas lunasnya   400 ton, titik beratnya terletak 3,6 meter diatas lunasnya  
Ditanyakan :   Kedudukan titik berat kapal itu setelah kegiatan muat dan bongkar selesai dikerjakan  
Untuk memudahkan perhitungan (juga lebih sistematis), muatan yang dimuat diperhitungkan secara terpisah dari muatan yang dibongkar. Adapun cara memperhitungkannya adalah sebagai berikut : 
Menghitung jarak tegak titik berat kapal karena adanya pemuatan Apabila diketahui :   w  : berat beban yang dimuat dikapal       W :   berat benaman terakhir kapal d :  jarak tegak antara titik berat awal kapal dan titik berat beban kapal GG’ :  Jarak tegak antara titik berat kapal dan titik berat akhir kapal  

Untuk membuktikan benar-tidaknya persamaan tersebut diatas (lihat gambar diatas) :  Momen W terhadap bidang lunas ( K )  :  M  =  W  x  KG ..............   (1) Momen w terhadap bidang lunas  ( K )  :  M1 =  w   x  KG1............    (2)              ------------------------------  +          M  +  M1 = (W  x  KG) + (w  x  KG1)   (3)   
M + M 1    =   M’  =  W’  x  KG’, maka persamaan  (3) dapat diubah menjadi          W’  x  KG’   =   W  x  KG  +  w  x  KG1                                   =   W  x  KG  + w  ( KG + GG2)            =  (W  x  KG + w  x  KG)  + ( w  x GG2 )      (W + w)  x  KG’     =  (W + w) KG  +  ( w  x GG2 ) 
 279 
(W + w ) (GG’ + KG)  =  (W + w) KG  +  ( w  x GG2 )           (W + w) GG’ + (W + w) KG   =  (W + w) KG  +  ( w  x GG2 )                                  (W + w) GG’   =  ( w  x GG2 )           ( w  x GG2 )     GG’  = ----------------      ( W  +  w )  
    (  w  x  d  )    GG’  = --------------- , ( W’ = W + w )           W’  
Menghitung jarak tegak titik berat kapal akibat Pemindahan muatan  
Sebuah persamaan berpindahnya kedudukan titik berat sebuah kapal yang disebabkan oleh adanya pemindahan sebuah bobot dalam arah tegak keatas.    
              G2  
        G1    G1                     W 2          ga                                                                                 ga        G1                                                                                              KG3             G                                                            KG1 KG’                                     G2                                                                                                  KG                                               w1                              W2               KG2                                w1    
Gambar : 6.9.b. Menghitung jarak tegak titik berat adanya pemindahan muatan kearah tegak keatas     
w1  x  KG1  +  w2  x  KG3    =  W’ x  KG’ w1  x  KG1  +  w2  x  KG2    =  W’ x  KG’  ---------------------------------------------------    - {(w1 x KG1)+( w2 x KG3)} - {(w1x KG1)+(w2 x KG2)} = (W’ x KG’)–(W’ x KG) w2 x KG3 + w2 x KG2   =    (W’ x KG’)–(W’ x KG)  w2 (KG3 - KG2)            =    W’ x KG’ – W’ x KG 
 280 
w2 (KG3 - KG2)            =    W’ ( KG’ – KG ) w2  x  G2G3                  =    W’  x  GG’  
    w2  x  G2G3    GG’ =  ---------------           W’  
Menghitung jarak tegak titik berat kapal akibat Pembongkaran muatan Sebuah persamaan yang bergesernya kedudukan titik berat sebuah kapal yang disebabkan oleh adanya sebuah bobot yang dibongkar dari kapal.    
           G           ga                                                                         G’                        G’         KG                                                           w                                         KG’                            W’                                      W      2                                                        KG1                                      W1    w1      
Gambar : 6.9.c.  Menghitung jarak tegak titik berat adanya pembongkaran muatan  
    M  =  W  x  KG  .......................... (1)  M1 =  w  x  KG1  .......................... (2)  --------------------   -     M  +  M1 = (W  x  KG) - (w  x  KG1)   (3)   
M + M 1    =   M’  =  W’  x  KG’, maka persamaan  (3) dapat diubah menjadi           W’  x  KG’  =  W  x  KG  -  w  x  KG1                                 =  W  x  KG  -  w  ( KG + GG2)           =  (W  x  KG - w  x  KG)  + ( w  x GG2 )      (W - w)  x  KG’     =  (W - w) KG  +  ( w  x GG2 ) (W - w ) (GG’ + KG)  =  (W - w) KG  +  ( w  x GG2 )           (W - w) GG’ + (W - w) KG   =  (W - w) KG  +  ( w  x GG2 )                                  (W - w) GG’  =  ( w  x GG2 ) 
 281 
          ( w  x GG2 )     GG’  = ----------------      ( W  -  w )  
    (  w  x  d  )    GG’  = ---------------                 W’  = (W  -  w )           W’ Menghitung jarak tegak titik berat kapal akibat Pemindahan muatan Sebuah persamaan berpindahnya kedudukan titik berat sebuah kapal yang disebabkan oleh adanya  sebuah bobot yang dipindahkan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.    
                                     G2                             
                                                   W 2                G         G                                               KG2    
        G1          G’ KG1               G3            w1         W2                    KG3                       w1                   
Gambar  : 6.9.d. Menghitung jarak tegak titik berat adanya pemindahan muatan ketempat lebih rendah  
 w1 x KG1 + w2 x KG2     =     W1 x KG  w1 x KG1 + w2 x KG3     =     W1 x KG1                 _          -------------------------------------------------------------------   w2 x KG2 – w2 x KG3     =     W’ x KG – W’ x KG’  w2 ( KG2 – KG3 )      =     W’ (KG – KG’)  w2 ( G2G3 )       =     W’ ( GG’)  
                 w2 ( G2G3)        GG’                                  =    -----------------              W’   
Dengan adanya penambahan bobot, pengurangan bobot, penggeseran bobot dalam arah vertikal, rumus umum tentang 
 282 
perpindahannya titik berat kapal yang bersangkutan dapat dituangkan sebagai berikut  :                                  w x d             GG’      =  -----------          W’ Dimana    GG’ : jarak berpindahnya titik berat kapal   W : bobot yang ditambahkan, dikurangi ataupun yang digeser   d  :  jarak        W’   :  berat benaman terakhir Catatan : Dalam mempergunakan rumus tersebut (seringkali di sebut RUMUS GESER) harus memperhatikan ketentuan – ketentuan berikut :  
(1) Adanya penambahan atau pengurangan bobot d (jarak)  : jarak yang dimaksudkan adalah jarak antara titik berat awal   kapal dan titk berat bobot yang ditambahkanatau yang dikurangkan itu  
(2) Adanya penggeseran bobot arah vertikal d (jarak)  : harus dipergunakan jarak antara titik berat awal bobot yang digeser dengan titik berat bobot akhit. jelasnya : harus dipergunakan jarak tegak pergeseran bobot yang bersangkutan.  setelah tangki-tinggi diisi penuh, maka titik berat kapal akan digeser kebawah sejauh 0,20 meter,  atau kedudukan titik berat kapal itu akan terletak ( 7,5 – 0,20 ) meter = 7,30 meter diatas lunas  
5. Sebuah lokomotip yang beratnya 200 ton diturunkan dari atas geladak utama kapal saudara. Titik berat lokomotip sewaktu di kapal terletak kira-kira setinggi 12 meter diatas lunasnya. Apabila berat benaman sebelum lokomotip itu diturunkan adalah sebesar 9.000 ton dengan titik beratnya terletak 7,5 meter diatas lunas. Berapa tinggikah kedudukan titik berat kapal itu setelah lokomotip itu diturunkan. (Gunakan rumus geser didalam perhitungan ini).  
Rumus Geser :          w  x  d    GG’  =  ----------         W’ 
 285 
 Apabila kedalam rumus-geser itu disubsitusikan nilai-nilai :    w  =  200 ton     d   =  (7,5– 12) meter  =  -  4,5 meter    W’ =  (9.000 – 200) ton  =  8.800 ton  Sehingga :     200  X  (- 4,5 )    GG’  = -----------------         8.800     - 900 ton meter            = ----------------------   =  -  0,10 meter       8.800 ton  
 Setelah lokomotip diturunkan, titik berat bergeser kebawah sejauh 0,10 meter Untuk memperkirakan kedudukan titik berat sebuah  ruang muatan yang penuh berisi muatan sehingga hasilnya mendekati kebenaran, maka kita harus memperhatikan keadaan yang mempengaruhi kedudukan titik berat tersebut. Ada 2 macam keadaan yang mempengaruhi kedudukan titik berat di dalam ruang muatan tersebut, yaitu :  
1. Apabila ruang muatan terisi seluruhnya oleh muatan homogen (misalnya seluruhnya terdiri dari beras, gula, semen, pupuk, dlsb), maka bolehlah kita perkirakan bahwa titik berat muatan berimpit dengan titik berat ruang muatan tersebut.  
Kedudukan titik berat ruang muatan yang bersangkutan dapat kita ketahui dari “CAPACITY  PLAN “ sebab didalam capacity plan ini tertera ruangan-ruangan dan tangki-tangki besarnya tangki atau ruang muatan tersebut, kedudukan titik berat masing-masing ruang muatan atau tangki yang bersangkutan (pada umumnya kedudukan titik berat tersebut ditandai dengan 0) disertai dengan keterangan- keterangan lain.   
Kedudukan titik berat ruang muatan atau tangki-tangki kira-kira sedikit lebih tinggi dari pada setengah tinggi ruang muatan atau tangki yang bersangkutan (sebab ruang-ruang muatan atau tangki-tangki bukan merupakan ruangan-ruangan yang berbentuk kotak, balok ataupun kubus, melainkan disudut-sudut bagian bawahnya agak melengkung). Didalam ruang-ruang muatan bawah nomor 1 dan nomor 5 (yang masing-masing terletak dibagian paling depan dan bagian paling belakang itu), nilai-nilai perkiraan dari kedudukan titik beratnya akan lebih sulut diperkirakan, sebab kulit kapal yang membatasi ruang- ruang muatan itu melengkung dengan tajamnya, sehingga nilai yang diperoleh besar sekali kemungkinannya bahwa kurang benar.  
 286 
Sekalipun demikian, apabila besarnya nilai kesalahan itu hanya kecil, maka kesalahan itu tidak akan berarti, sebab pengaruhnya terhadap kedudukan titik berat kapal secara keseluruhan adalah terlalu kecil, sehingga oleh karenanya dapat diabaikan. 2. Apabila ruang muatan hanya sebagian saja yang terisi ataupun seluruhnya terisi oleh muatan heterogen (muatan campur).   Jika suatu ruang muatan yang terisi barang potongan (general cargo), sebagian atau seluruhnya, kedudukan titik beratnya hanya dapat diperkirakan saja. Kedudukan titik berat masing-masing party muatan untuk mendapatkan momen terhadap bidang lunasnya.   
Jumlah masing-masing momen terhadap bidang lunas dari masing- masing party muatan itu, kemudian dibagi oleh jumlah berat seluruh party muatan untuk mendapatkan kedudukan titik berat seluruh muatan didalam ruang muatan tersebut (jadi dalam hal ini dipergunakan aturan momen).   Apabila kedudukan titik berat seluruh muatan yang didapat didalam suatu ruang muat lebih tinggi dari pada kedudukan titik berat ruang muatan itu sebagaimana yang tertera didalam capasity plan, maka kenyataan demikian itu menandakan bahwa pamadatan muatan didalam ruang muatan itu telah salah dilakukan, sebab berat atas, oleh karena muatan-muatan berat diletakan diatas muatan-muatan yang lebih ringan dari padanya, sehingga kedudukan titik beratnya terlalu tinggi  
 Contoh :  Didalam sebuah ruang muatan dipadati berbagai jenis muatan sebagai berikut : 1. Diatas papan alas ruang muatan, 300 ton rel kereta apai setinggi 5 kaki  2. Diujung belakang ruang muatan, 150 ton mesin dalam peti setinggi 9 kaki 3. Diujung depan ruang muatan, 80 ton muatan kalengan setinggi 8 kaki 4. Paling atas (di atas mesin dan muatan kalengan), 40 ton tekstil setinggi 7 kaki Apabila tinggi dasar berganda kapal itu 4 kaki, dimanakah titik berat ruang muatan yang telah berisi muatan itu sekarang ? Untuk mempermudah perhitungan, dibuat bagan pemadatan ruang muatan tersebut     Untuk memperoleh kedudukan titk berat ruang muatan yang terisi muatan sedemikian itu dengan hasil yang tepat adalah tidak mungkin. Didalam praktek, kedudukan titik berat ruang muatan dalam kondisi 
 287 
semacam itu dapat diperhitungkan dengan cara yang praktis yang hasilnya tidak akan jauh berbeda dari yang sebenarnya.   
Adapun cara yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Membuat bagan pemadatan ruang muatan yang bersangkutan 2. Memperkirakan kedudukan titik berat masing-masing muatan terhadap bidang lunas (atau terhadap dasar dalamnya) 3. Masing-masing bobot muatan dikalikan dengan jarak tegak titik beratnya terhadap bidang lunas (atau terhadap dasar dalamnya) 4. Hasil kali masing-masing bobot muatan dan jarak tegak antara masing-masing titik berat terhadap bidang lunas atau terhadap dasar dalamnya dijumlahkan (merupakan jumlah momen seluruh bobot terhadap bidang alas atau dasar dalamnya) 5. Jumlah momen tersebut dibagi dengan jumlah seluruh bobot muatan yang dipadat tadi, akan diperoleh jarak tegak titik berat seluruh muatan itu terhadap bidang lunas atau dasar dalamnya.  
Perhitungannya :   
No.  
Macam barang  
Bobot 
Jarak tegak titik beratnya terhadap dasar dalam  
Momen 
1. 2. 3. 4. 
Rel Kereta Api Mesin dalam peti Muatan kalengan Tekstil 
300 150   80   40 
2,5 9,3 9,0 15 
   750 1.425    720    600      570     3.495  
 Jarak tegak kedudukan titik berat muatan terhadap dasar dalam adalah :  
      3.495       -------   =  6,1 kaki         570  
 Jarak tegak antara kedudukan titik berat ruang muatan yang telah terisi muatan dan bidang lunas kapal = (6,1 + 4 ) kaki  = 10,1 kaki  
 Catatan :  Dalam memperkirakan kedudukan titik berat masing masing muatan itu terhadap berbagai jenis muatan diambil pada setengah tingginya, sedangkan bagi tekstil diperkirakan sedikit dibawah setengah tingginya.   Perhitungan stabilitas kapal terbaik harus diperhitungankan sebaik- baiknya apabila keadaan memungkinkan sementara bagan 
 288 
pemadatan dikerjakan. Jadi sebelum kapal melakukan pemuatan tindakan tersebut penting sekali dilakukan, sebab adalah lebih mudah untuk merubah pamadatan muatan yang masih dalam rencana guna memperoleh stabilitas yang lebih baik daripada melakukan perubahan pemadatan sementara kapal memuat, terlebih lebih apabila pemuatan telah selesai dikerjakan.   
Khususnya apabila susunan pemadatan muatan akan dilakukan setelah pemuatan selesai dikerjakan, jelaslah kiranya bahwa tindakan tersebut sangat terlambat untuk memperbaiki keadaan stabilitas, sebab usaha memperbaiki stabilitas itu hanya akan dapat dilakukan dengan jalan memindah-mindahkan air balast.  
6.6. Olengan kapal Hubungan yang ada antara besarnya nilai tinggi metasentrum suatu kapal dengan olengannya adalah sesuai bentuk persamaan berikut ini :  
    0,44 L    T    =   ---------     v GM    dimana : T    = Waktu oleng kapal    L    = Lebar kapal             GM  = Tinggi metasentrum             0,44 = konstante  
 sehingga :   1. Apabila nilai tinggi metasentrum kapal kecil (GM kecil), maka suku kedua dari persamaan itu besar, sehingga suku pertamanyapun dengan sendirinya besar (T besar). Jika nilai T besar, hal ini berarti bahwa waktu olengannya besar. Artinya bahwa waktu yang diperlukan oleh kapal itu untuk mengolengsatu kali olengan adalah besar. Hal ini sesuai benar dengan rumus bagi momen penegak untuk sudut-sudut senget kecil (pada stabilitas awal) :       Mp   =  W  x  GM Sin Q    Yang didalam rumus itu ternyata bahwa apabila GM nya kecil, maka momen penegaknya kecil, artinya bahwa kemampuannya untuk menegak kembali kecil, artinya bahwa waktu olengan besar, sebab kapal mengoleng secara lamban.  
2. Apabila nilai GM besar, maka suku kedus persamaan itu kecil, maka suku pertama persamaan itupun kecil pula. Hal ini berarti 
 289 
bahwa waktu olengannya kecil, artinya kapal akan mengoleng secara cepat.  
3. Apabila nilai GM itu terlalu kecil, maka suku kedua persamaan itupun akan jadi terlalu besar, sehingga suku pertama persamaan itupun terlalu besar, sehingga waktu yang diperlukan untuk menegak kembali terlalu besar (terlalu lama), artinya bahwa waktu olengannya terlalu lama. Sebuah kapal yang waktu olengannya terlalu lama maka kapal demikian disebut kapal langsar  
4. Apabila nilai GM terlalu besar, maka suku kedua persamaan itu terlalu kecil, sehingga suku pertama persamaan itupun menjadi terlalu kecil pula, artinya bahwa waktu olengannya terlalu kecil. Jika sebuah kapal dalam keadaan demikian itu, kapal demikian disebut kapal Kaku. Hal ini sesuai pula dengan rumus yang berlaku bagi stabilitas untuk sudut-sudut senget kecil (stabilitas awal).  
   Mp  =  W  x  GM Sin Q  
 Jika GM  didalam rumus itu bernilai terlalu besar, maka momen penegaknyapun terlalu besar. Artinya bahwa kemampuan untuk menegak kembaliterlalu besar, artinya bahwa waktu olengannya terlalu kecil. Kapal yang dalam keadaan demikian, maka disebut sebuah kapal kaku.  
5. Apabila nilai GM = 0, maka suku kedua persamaan tersebut = 0, demikian pula suku pertamanyapun  = 0. Artinya bahwa waktu olengnya = 0. Hal inipun sesuai dengan rumus momen penegak untuk stabilitas awal :   
   Mp  =  W  x  GM Sin Q   
 Jika kedalam rumus itu disubsitusikan nilai  GM = 0, maka momen penegaknya = 0, artinya bahwa sebuah kapal yang dalam keadaan demikian itu tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget. Kapal semacam itu disebut sebuah kapal yang memiliki stabilitas netral.   
Yang dimaksud dengan “ Waktu Olengan “  sebuah kapal adalah banyaknya waktu yang diperlukan oleh sebuah kapal dalam mengoleng untuk satu olengan penih. (lihat gambar dibawah ini).   

Penjelasan gambar : Seandainya  pada keadaan (1) :   kapal menyenget kekanan pada sudut senget yang paling besar.                      Pada keadaan  (2) : kapal dalam keadaan tegak Pada keadaan  (3)  : kapal menyenget ke kiri pada sudut senget yang paling besar,  Maka waktu olengan kapal adalah : banyaknya waktu yang diperlukan oleh kapal itu untuk mengoleng dari kedudukan berturut-turut : kedudukan (1), kedudukan (2), kedudukan (3), kenbali kedudukan (2).  
Waktu olengan kapal dicatat sebanyak mungkin dan pada dasarnya semakin banyak jumlah waktu olengan yang di catat maka akan semakin baik hasilnya. Didalam praktek pencatatan waktu olengan itu dilakukan sebagai berikut :  
1. Pencatatan waktu olengan kapal secara terus menerus sebanyak 20 kali 2. Jumlah waktu olengan itu dibagi rata, sehingga diperoleh waktu olengan rata-ratanya 3. Tindakan demikian itu dilakukan sebanyak 3 kali (pagi, hari, tengah hari, kemudian malam hari) Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan tersebut, harap perhatikan bagan pencatatan berikut ini :  

Dengan menggunakan waktu olengan kapal, dapat diketahui bertambah atau berkurangnya stabilitas kapal. Mengapa demikian ? (perhatikan uraian dibawah ini).  
Jika waktu olengan yang pertama =T1, sedangkan waktu olengan yang terakhir = T2, maka menurut rumus olengan, dapat dituangkan dalam persamaan sebagai berikut :   
    
Dengan demikian dapat diketahui berapa prosen bertambah atau berkurangnya stabilitas kapal itu, yaitu sebesar :  
    T1              -------    x   100 %     T2 Contoh :  Sebuah kapal yang lebarnya 60 kaki, tinggi metasentrumnya = 2,5 kaki, mengoleng dengan waktu olengan 16 detik. Setelah ruang muat nomor 4 bocor, kapal itu mengoleng dengan waktu olengan sebesar 22 detik . Berapakah tinggi metasentrumnya sekarang dan berapa prosenkah tinggi metasentrum terhadap tinggi metasentrum permulaannya (sebelum bocor).  
Penyelesaiannya    

Sebuah kapal yang memiliki GM negatif (artinya bahwa titik berat kapal tersebut terletak diatas metasentrumnya), maka kapal akan berada dalam stabilitas goyah. Jadi kapal pada saat itu apabila menyenget oleh bekerjanya pengaruh luar, kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali tetapi bahkan sudut sengetnya akan menjadi semakin besar, sebab kapal pada saat itu bukan memiliki momen penegak melainkan momen penyenget.   

BANGUNAN DAN KONSTRUKSI KAPAL



 BANGUNAN KAPAL

12.1. Pendahuluan
        Ilmu Bangunan Kapal merupakan salah satu bagian dari ilmu Kecapan Pelaut (seamenship), yang akhir-akhir ini makin berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Perkembangan kemajuan teknologi khususnya yang menyangkut teknologi perkapalan dan konstruksi kapal-kapal yang dibangun menurut jenis dan sifat muatan yang diangkut, bentuk pengapalan muatan, trayek-trayek yang akan dilalui. Dalam materi Ilmu bangunan kapal ini akan ditampilkan beberapa bahasan pokok yang sesuai dengan kompetensi dari seluruh materi yang ada di dalam Ilmu Bangunan Kapal.
Seperti pada bagian-bagian bangunan sebuah kapal, terutama yang menyangkut fungsi bagian-bagian tersebut, sehingga dengan demikian dapat mengetahui apakah bagian-bagian tersebut masih dalam kondisi baik dan berfungsi baik, apakah perlu diperbaiki atau diganti yang sesuai dengan kebutuhan operasionalnya.
      Mengenai jenis-jenis geladak, kekuatan geladak, letak bukaan- bukaan di geladak maupun dilambung. Ukuran-ukuran pokok kapal, baik secara membujur, melintang maupun tegak dan bentuk-bentuk palkanya. Mengenai konstruksi dasar berganda untuk dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk muatan cair, ballast, bahan bakar, air tawar dan lain-lain sehingga dapat mengatur keseimbangan (stabilitas) kapal bila diperlukan. Mengenai tipe-tipe kapal dengan demikian dapat mengetahui jenis-jenis muatan yang diangkut, bagaimana cara-cara penanganan muatan, sehingga di dalam pelayaran maupun pada waktu pembongkaran di tempat tujuan tetap dapat dijalankan dengan aman dan baik. Dengan demikian kapal selain dapat memenuhi fungsinya sebagai alat transportasi juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pelayaran.

12.2. Jenis-jenis kapal
      Pada hakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut di air dari suatu tempat ketempat lain, baik pengangkutan barang, penumpang maupun hewan. Selainsebagai alat angkut, kapal digunakan untuk rekreasi, sebagai alat pertahanan dan keamanan, alat-alat survey atau laboratorium maupun sebagai kapal kerja. Sehubungan dengan itu tipe-tipe kapal dapat dibedakan atas :

1. Ditinjau dari tujuan pembuatannya :
    a. Kapal komersial :
     - kapal dagang
     - Kapal supply
     - dan lain-lain
b. Kapal non komersial :
     - kapal pesiar :
     - kapal pemerintah : 
     - kapal Meteorologi :
     - dan lain-lain
2. Ditinjau dari tenaga penggeraknya :
    a. Kapal tanpa tenaga penggeraknya :
     -  tongkang-tongkang
     -  kapal suar
     -  dan lain-lain
    b. Kapal dengan tenaga penggerak   : 
     -  kapal layar
     -  kapal uap
     -  kapal motor
3. Ditinjau dari bahan bangunannya : 
   a.  Kapal Kayu 
   b.  Kapal baja
   c.  Kapal yang dibangun dengan bahan khusus/logam ringan 
  d.  Kapal ferro cement e.  dan lain-lain
4. Ditinjau dari fungsinya :
  a. Sebagai alat pengangkut : 
     1. Menurut bentuk pengapalannya : 
       a. Kapal barang umum 
       -  Kapal barang serba guna 
       -  Kapal peti kemas (container)
       -  Kapal Ro-Ro
       -  dan lain-lain 
      b. Kapal curah : 
        -  curah kering, grain, ore dan lain-lain
        -  curah cair, oil, gas dan kimia
        -  kombinasi keduanya
      c. Kapal Penumpang : 
        -  khusus penumpang 
        -  barang dan penumpang
   2. Menurut daerah operasinya :
      a Kapal dagang untuk pengangkutan barang diperairan pedalaman atau antar pulau dengan jarak            jelajah terbatas.
     b. Kapal penumpang kecil atau ferry yang menghubungkan kota-kota pesisir atau antar pulau.
     c. Kapal-kapal dengan tugas khusus : 
         1.  Kapal Hankam
         2.  Kapal Survey
         3.  Kapal Kerja
12.3. Pengertian-pengertian
1.   Kapal layar                    : Kapal yang digerakan dengan layar 
2.   Kapal Uap                     : Lapal yang digerakan memakai mesin   uap torak maupun turbin uap
 3.   Kapal motor                  : Kapal yang digerakan dengan mesin   motor (mesin pembakaran dalam) 4. Kapal kayu                    : Kapal yang konstruksinya terbuat dari kayu, umumnya diperuntukan bagi pelayaran di perairan pedalaman atau antar pulau dan kapal perikanan. 
5. Kapal Baja                      : Kapal yang konstruksinya terbuat dari baja dipakai baik bagi pelayaran interinsuler maupun samudera.
 6. Kapal Dagang                : Kapal yang dibangun dengan tujuan untuk mengangkut barang dagangan untuk memperoleh keuntungan. Kapal dagang berfungsi sebagai alat transportasi komersial di laut. Tidak dipersenjatai pada waktu digunakan untuk perang , digunakan sebagai kapal pengangkut perbekalan, kapal rumah sakit atau pembawa pasukan.
 7. Kapal Penumpang          :Kapal yang khusus dibangun untuk pengangkutan penumpang. 
8. Kapal Barang dan           :Kapal barang yang dapat menyediakan Penumpang akomodasi lebih dari                                               12 orang penumpang. 
9. Kapal Curah                    :Kapal yang khusus dibangun untuk mengangkat muatan curah (tanpa)      kemasan, baik dalam bentuk cair seperti kapal-kapal tanker untuk pemuatan                                         minyak mentah atau yang sudah diolah, kapal tanker LNG atau LPG dan kapal tanker yang mengangkut bahan-bahan kimia cair. Kapal curah kering seperti kapal mengangkut biji- bijian tambang atau biji-bijian aeteri Gandum (grain). 
10. Kapal Container          : Kapal yang dibangun khusus untuk mengangkut barang-barang di dalam peti kemas (constrainer), ada yang full container ada yang semi container
11.  Kapal Ro-Ro :Kapal yang dibangun sedemikian rupa (Roll on Roll off) sehingga dapat memuat dan membongkar muatannya dengan merool di atas roda-roda. 
12.  Kapal-kapal khusus   : ialah kapal-kapal yang karena sifat pekerjaannya dibangun dan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan operasionalnya. Contoh : Kapal keruk

12.4. Bentuk Haluan dan Buritan
12.4.1. Macam-macam bentuk Haluan kapal
1.Haluan lurus             
2. Haluan Miring      
3. Haluan miring II ( Plumb bow )                 ( Raked bow )           ( Raked bow II )
4. Haluan Gunting      
 5. Haluan senduk    
 6. Haluan Meier    ( Clipper bow )             ( Spoon bow )           ( Meier form )
7. Haluan Pemecah es                      
 8. Haluan berumbi    ( Ice breaker bow )                              ( Bulbous )


12.4.2. Konstruksi Haluan
Haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besarmendapat tekanan dan tegangan-tegangan, sebagai akibat terjangan kapal terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tegangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat dengan jalan : 
1. Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrang- wrang terbuka yang cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balok-balok geladak
2. Wrang-wrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian tengah-tengah wrang secara membujur dipasang penguat tengah (center girder) yang berhenti pada jarak beberapa gading linggi depan.
3. Pada bagian di depannya, kulit kapal menjadi sedemikian sempitnya hingga tidak perlu dipasang penguat tengah lagi.
4. Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada jarak lebih 15 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian bawah (deep framing) diperkuat, ( 20 % lebih kua) kelingannya lebih rapat, jugat pelat lutut antara gading- gading dengan kulit kapal dipertebal. Lajur-lajur di dekat lunas, pelatnya dipertebal 
Gambar Bentuk-bentuk buritan
Bentuk-bentuk buritan kapal dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 
Buritan counter                      Buritan cruiser spoon1
Buritan cruiser-spoon2         Buritan full cruiser

Sebagai modifikasi dari bentuk-bentuk buritan yang ada maka terdapat 2 (dua) bentuk buritan lain masing-masing :
- buritan eliptika (eleptical stern) - buritan rata (flat stern)

12.4.4. Konstruksi Buritan
     Bingkai baling-baling kapal modren umumnya terbuat dari baja- baja tuang yang dibentuk streamline atau kadang-kadang terbuat dari pelat baja berat yang dialas secara terpadu. Bentuk dan tipenya sangat bergantung sebagian besar dari jenis kemudi yang dipasang.  Bagian buritan sebuah kapal konstruksinya hampir sama dengan dengan konstruksi di bagian haluan, dengan perbedaan bahwa tinggi susunan balok-balok geladak tambahan 2,5 meter, pelat-pelat yang menghubungkan ujung-ujung senta disebut “crutches“.
     Bagian buritan diatas linggi kemudi, makin membesar untuk mana perlu diberi perkuatan khusus berupa sebuah tatanan yang disebut “ transom “ yang terdiri dari wrang yang kuat dan berat (wrang penuh) yang mengikat secara kuat linggi kemudi, dan gading-gading melintang serta blok-blok geladak yang saling dihubungkan satu sama lain secara terpadu. Wrang ini  disebut transom floor, gading-gading yang memperkuat daerah ini disebut transom frame dan balok-balok geladaknya disebut transom beam.

12.5. Kemudi  ( rudder )
Kemudi memegang bagian kapal yang sangat penting sekali dalam pelayaran sengan sebuah kapal. Bahkan  ikut menentukan faktor keselamatan sebuah kapal. Sehubungan dengan peranan kemudi tersebut di atas SOLAS ’74 melalui Peraturan 29 Bagian B, BAB II -1 mengenai Perangkat kemudi (Resolusi A.210 (VII)) menyebutkan sebagai berikut :
1. Bagi kapal penumpang dan kapal barang 
a. Kapal-kapal harus dilengkapi dengan perangkat kemudi induk (utama) dan perangkat kemudi bantu yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah,
b. Perangkat kemudi utama harus berkekuatan yang layak dan cukup untuk mengemudikan kapal pada kecepatan ekonomis maksimum, demikian untuk dipergunakan mengemudikan kapal mundur tidak mengalami kerusakan,
c. Perangkat kemudi bantu harus mempunyai kekuatan yang layak dan cukup untuk mengemudikan kapal  dan dapat dipakai segera dalam keadaan darurat,
d. Kedudukan kemudi yang tepat pada kapal tenaga harus terlihat distasiun pengemudi utama (kamar kemudi anjungan).
2. Hanya bagi kapal penumpang a. Perangkat kemudi induk harus mampu memutar daun kemudi dari kedudukan 350 di satu sisi sampai kedudukan 350 disisi lain dalam waktu 28 detik selagi kapal berjalan maju dengan kecepatan ekonomis maksimum.
b. Perangkat kemudi bantu dapat digerakan dengan tenaga dimana Pemerintah mensyaratkan bahwa garis tengah poros kemudi pada posisi celaga berukuran lebih 9” (228,6 mm),
c. Sarana yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah harus dilengkapkan untuk memungkinkan penyampaian aba-aba dari anjungan kestasiun pengemudian pengganti
3. Hanya untuk kapal barang a. Perangkat kemudi bantu harus digerakan dengan tenaga dimana Pemerintah mensyaratkan bahwa garis tengah poros kemudi pada posisi celaga berukuran lebih dari 14” (355 mm).
4. Jenis kemudi a. Kemudi biasa yang terdiri dari pelat tunggal atau pelat ganda,
b. Kemudi biasa ialah kemudi yang seleruh daun kemudinya berada di belakang poros putar. Umumnya dipakai pada kapal-kapal kuno, kapal kecil yang berbaling-baling tunggal atau kapal-kapal yang terbuat dari kayu,
c. Konstruksi kemudi biasa pelat tunggal terdiri dari lembaran pelat tunggal saja, sedangkan kemudi biasa pelat ganda terdiri dari lembaran berganda dimana kedua ujungnya dihubungkan satu sama lain sedemikian rupa didalamnya terbentuk rongga, 

12.6. Ukuran-ukuran pokok sebuah kapal
Ukuran-ukuran pokok kapal terdiri dari :
 1. Ukuran membujur / memanjang (longitudinal)
 2. Ukuran melintang / melebar (transverzal)

Ukuran memanjang / membujur terdiri dari :
1. Panjang seluruhnya (Length Over All = LOA) Panjang seluruhnya ialah jarak membujur sebuah kapal dari titik terdepan lenggi haluan kapal sampai ke titik terbelakang buritan kapal, diukur sejajar lunas. Jarak ini merupakan jarak terpanjang dari sebuah kapal yang gunanya sangat penting untuk memperkirakan panjang dermaga yang digunakan sewaktu kapal sandar.
2. Panjang antara garis tegak (Length Between Perpendiculars = LBP) Panjang antara garis tegak ialah panjang kapal dihitung dari garis tegak depan sampai ke garis tegak belakang.
     Garis tegak depa (Forward perpendicular)  ialah sebuah garis khayalan yang memotong tegak lurus garis muat perancang kapal dengan linggi depan. 
     Garis tegak belakang (After perpendicular) ialah sebuah garis khayalan yang biasanya terletak pada tengah-tengah cagak kemudi atau bagian belakang dari poros kemudi. Panjang antara garis tegak diukur sejajar lunas dan merupakan panjang lambung bebas (freeboard length).
3. Panjang sepanjang garis air/muat (Length on the Load Water Line = LLWL) Panjang sepanjang garis air/muat ialah panjang kapal yang diukur dari perpotongan garis air dengan linggi haluan sampai ke titik potong garis air dengan linggi belakang diukur sejajar lunas.
4. Panjang terdaftar ( Registered length) ialah panjang seperti yang tertera si salam sertifikat kapal itu, yaitu dihitung dari ujung terdepan geladak jalan terus teratas sampai garis tegak belakang diukur sejajar lunas.
Ukuran melintang / melebar :
1. Lebar terbesar atau lebar ekstrim ( Extreme breadth ) ialah jarak melintang dari suatu titik terjauh di sebelah kiri sampai ke titik terjauh disebelah kanan badan kapal diukur pada lebar terlebar ( tepi pelat kulit sebelah luar badan kapal ).
2. Lebar dalam (Moulded breadth) ialah lebar / jarak melintang kapal dihitung dari tepi dalam pelat kulit kanan sampai tepi dalam pelat kulit kiri, diukur pada bagian kapal yang terlebar.
3. Lebar terdaftar (Registered breadth) ialah lebar seperti yang tertera di dalam sertifikat kapal itu. Panjangnya sama dengan lebar dalam (Moulded breadth),
Ukuran tegak (Vertikal) :
1. Sarat kapal ialah jarak tegak yang diukur dari titik terendah badan kapal / Lunas kapal sampai garis air.
2. Lambung bebas (Free board)  ialah jarak tegak dari garis air sampai geladak lambung bebas arau garis deck (free board deck or deck line).
3. Dalam (depth) ialah jarak tegak yang diukur dari titik terendah badan kapal / lunas kapal sampai ke titik di geladak lambung bebas tersebut. Jadi dalam (depth) itu jumlah sarat kapal dan lambung bebas.

12.7. Biro Klasifikasi (Clasification Bureau)
Clasification Bureau (Biro Klasifikasi) adalah suatu badan atau lembaga yang berfungsi dan berwenang untuk memberikan kelas kepada kapal-kapal dalam rangka pengawasan dan jaminan kekuatan konstruksi kapal, serta mesin dan perlengkapan kapal lainnya.
Biro klasifikasi mempunyai hak dan kwajiban untuk mengadakan survey dan menguji serta meneliti kepada setiap kapal pada periode-periode tertentu, dengan tujuan agar kapal tetap berada dalam kelasnya atau kelaik lautannya.
Penelitian dan uji mutu serta survey yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi antara lain :
 1. Survey Tahunan adalah survey yang dilakukan satu kali dalam satu tahun
2. Survey besar adalah survey yang diulakukan oleh Biro Klasifikasi secara khusus dan lebih ketat (biasanya 2 tahun satu kali).
3 Survey Berlanjut adalah suatu survey dari Biro Klasifikasi yang sifatnya berlanjut atau kontinyu.
4. Survey Permulaan / pembuatan / pembangunan adalah suatu survey dari Biro Klasifilasi dilakukan pada saat dibangun atau baru beli.
5. Survey sewaktu-waktu adalah survey dari Biro Klasifikasi dilakukan pada waktu setelah kapal mengalami kecelakaan, tabrakan, kandas atau ada perubahan nama kapal.

Beberapa Biro Klasifikasi yang terkenal di dunia :
 1. Biro Klasifikasi Indonesia Jakarta BKI
2. Lloyd’s Registered of Shipping London LR
 3. The British Corporation Registered of Shipping and Air Craft Glasgow BC
 4. Bureau Veritas Paris BV
 5. Germanisher Lloyd Berlin/Jerman GL
 6. Registro Italiano Navale Genoa RI
7. Det Norske Veritas Oslo NV
8. Nippon Taikako Kaiji Kyokai Tokyo NK
9. Register of Shipping of USSR Moskwa PC
10. American Bureau of Shipping New York AB
11. Hellenic Register of Shipping Athena HS

     Biro klasifikasi Indonesia (BKI) adalah badan hukum yang dimodali oleh Pemerintah dengan bentuk Perum (Perusahaan Umum) yang dikelola oleh suatu management tersendiri. Sesuai dengan surat keputusan Menteri Perhubungan Laut RI No.Th. 1/17/1 tertanggal, 26 September 1964 tugas BKI adalah sebagai berikut :
- Meng “ kelas “ kan kapal-kapal yang dibangun di bawah pengawasan BKI baik selama pembuatannya maupun setelah beroperasi, - Berwenang untuk menetapkan dan memberikan tanda-tanda lambung timbul pada kapal-kapal tersebut - Mengeluarkan sertifikat garis muat pada kapal-kapal berbendera Nasional yang dikeluarkan oleh BKI.

12.8. Markah Kambangan ( Plimsoll Mark )
     Markah kambangan atau sering juga disebut sebagai merkah benaman adalah sebuah tanda pada kedua lambung kapal untuk membatasi sarat maksimum sebuah kapal demi keamanan dan keselamatan, dengan demikian menjamin agar kapal tersebut masih mempunyai daya apung cadangan yang cukup sehingga menjamin pula keamanan selama pelayarannya.
Tanda merkah kambangan ini biasanya di cat putih atau kuning dengan dasar gelap atau di cat hitam dengan latar belakang dengan warna muda.
Semua garis-garisnya mempunyai tebal 1” atau 25 mm. Tanda ini dibuat dengan maksud agar setiap kapal membatasi jumlah berat muatan yang diangkutnya sesuai dengan jenis kapal dan musim yang berlaku di tempat dimana kapal tersebut berlayar.

12.8.1. Garis Deck ( Deck Line )
     Garis deck atau garis geladak harus ditentukan terlebih dahulu sebelum kita memasang merkah kambangan (tanda Plimsoll) pada lambung kapal. Garis deck merupakan sebuah garis datar yang sisi atasnya berimpit dengan sisi atas dari geladak lambung bebas (free board deck) di tengah panjang garis muat kapal.
     Garis deck panjangnya 12”atau 300 mm dan merupakan perpotongan kulit kapal dengan lambung bebas. Garis deck pada kapal dengan geladak kayu berbeda dengan garis deck pada kapal yang geladaknya baja. Letak dari garis deck bergantung dari bentuk kapalnya.


12.6.  Merkah Kambangan
     Tanda plimsoll atau merkah kambangan letaknya tepat tegak lurus dibawah garis deck. Jarak antara bagian atas garis deck sampai ke pusat lingkaran disebut lambung bebas minimum (minimum free board). Setelah lambung bebasnya ditentukan, buatlah lingkaran merkah kambangan dengan jari-jari ½  panjang garis deck (6”). Setelah lingkaran ketemu buatlah garis yang // garis deck sepanjang 18” atau 450 mm melalui pusat lingkaran.  Kemudian buatlah garis lain setebal 1” atau 25 mm dari garis yang melalui pusat lingkaran tadi sama panjang dan // dengan garis deck. Buatlah garis tegak samping yang jaraknya 21” atau 540 mm kearah depan lingkaran. Perpotongan garis yang melalui titik pusat lingkaran dengan garis tegak samping disebut S. Titik S inilah merupakan tanda sarat untuk musim panas (Summer draft). T dan W (Tropish dan Winter) ditarik // garis melalui S pada jarak masing-masing 1/48  x  sarat musim panas dihitung dari S atau ¼ “ tiap 1 (satu) kaki sarat musim panas.
     WNA atau Winter North Atlantic Utara = musim dingin Atlantik Utara berlaku untuk kapal-kapal yang melayani Atlantik Utara pada lintang 360 ke atas. Jarak WNA  dari W =2” atau 51 mm, kecuali untuk kapal tangki. WNA diharuskan bagi kapal-kapal yang berlayar pada lintang 360 ke atas di Atlantik Utara, yang panjangnya > 100 meter. Kalau panjangnya > 300’ tidak diharuskan memasang WNA, tetapi boleh memakai dengan jarak 2” tu 51 mm dari W.  WNA untuk kapal tangki dihitung 1” untuk setiap 100 kaki panjang kapal. W Jarak S ke F (Fresh water = air tawar)  = ----------         40 TPI
Jarak dari F ke TF (Tropish fresh water) = 1/48 sarat musim panas ......................... selanjutnya lihat gambar dibawah ini.
     
12.9. Penampang Melintang dan Membujur
12.9.1.  Pengertian Penampang sebuah kapal atau bagian-bagiannya, umumnya dibedakan atas penampang melintang dan penampang membujur. Bentuk dari penampang-penampang ini sangat bergantung dari tipe sebuah kapal dan kegunaan dari kapal tersebut. Dengan demikian sistem kerangka yang digunakan dalam membangun kapal tersebut, ikut menentukan konstruksi melintang dan membujurnya. Penampang melintang sebuah kapal dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kaitan antara tipe kapal, sistem kerangka yang digunakan yang sekaligus memberikan perbedaan yang nyata mengenai perkuatan-perkuatan dan jumlahnya pada konstruksi bagian kapal yang mendapat tekanan terbesar yaitu dasar berganda. Dengan kata lain wrang-wrang yang digunakan sebagai perkuatan dasar berganda sebuah kapal akan sangat bergantung dari jenis kerangka yang digunakan pada konstruksi melintang kapal itu. Dibawah ini ditampilkan penampang melintang sebuah kapal dengan sistem konstruksi membujur melalui wrang penuh.

Keterangan gambar : 1. Lunas tegak
2. Lunas datar
3. Kulit kapal bagian bawah (pelat dasar bawah / alas)
4. Pelat samping
 5. Kulit kapal/lambung kapal
6. Lajur bingkai
 7. Lajur dasar dalam (pelat tank top)
 8. Geladak antara bawah                             21.  Pelat siku/lutut
9. Geladak antara atas                                  22.  Gading-gading
10. Geladak atas (utama)                             23.  Penguat deck
11. Wrang penuh                                          24.  Tiang (pillar)
12. Wrang terbuka                                        25.  s/d 27 ambang palka
13. Wrang tertutup                                       28.  Penyangga ambang
14. Longitudinals                                         29.  Pagar
 15. Pelat pengisian (bilge bracket)             30.  Pelat siku penguat
 16. Pelat kipas (gusset plate)                       31.  Bagian atas pagar
17. Balok perkuatan membujur                    32.  Dinding kedap air
18. Tutup geladak bawah                             33.  Penguat dinding
19. Lempeng samping                                  34.  Lunas samping
 20. Balok geladak

Keterangan gambar :
1. Lunas tegak ( vertical keel)
2. Lunas dasar (horizontal keel)
 3. Kulit kapal bagian bawah (bottom plating)
 4. Lajur samping (bilge strake)
 5. Kulit lambung kapal (shell plating)
6. Lajur bingkai (sheer strake)
7. Pelat tank top = lajur dasar dalam (tank top plating)
 8. Geladak antara bawah (lower tween deck)
 9. Geladak antara atas (upper tween deck)      
10. Gelada Utama (main deck)      
11. Wrang penuh (solid floor)      
12. Wrang terbuka (open floor)  
13. Baja siku gading balik      
14. Longitudinals      
15. Pelat pengisian (bilge bracket)  
16. Pelat kipas (gusset bracket)        
17. Papan penutup got (bilge bracket covers)  
18. Lobang pengeringan (lightening hole)  
19. Lempeng samping (margin plate)      
20. Balok geladak (deck beam)      
21. Pelat lutut = pelat siku (bracket)      
22. Gading-gading (frames)    
23. Lunas samping (bilge keel)        
24. Tiang (pillars)        
25. Ambang palka (hatch coaming)        
26. Penyangga ambang palka (hatch coaming stay)        
27. Baja siku gading        
28. Bracket        
29. Lobang udara (air holes)      
 30. Lobang air (water holes)